Kamis, 12 Agustus 2021

Ratu dari tanah Boko




Tak banyak yang tau kusimpan semua nestapa sepanjang hidupku
menyambut hari-hari bahagia merdup bagai lentera abu-abu
kau  tak perduli apa yang aku rasa, mgkinkah materi yang bisa meraih cintamu
mataku sayu namun engga untuk tertidur apakah ini adalah karmamu

Di matamu dan sodara tuamu aku mungkin hanyalah orang yang seang mengemis cinta
Tempat terindah dimana aku bisa meraskan keheningan sampai batinku mengis kau hanya menoleh dan berkata " kau tak lebih dari seekor binatang hina yang ingin mengais makanan sisa".
tanpa kata aku faham dengan apa yang sedang kau rasakan, keraguan, bimbang, dan atas dorongan  hasrat keduniawian. untuk melepasku tak begitu sulit bagimu karena aku hanyalah kutu dari bulu panda yang kapan saja bisa kau bunuh.

jika kau membaca syair ini mungkin kau akan tertawa geli dengan apa yang aku tulis serta mencari alasan baru untuk pergi dari kehidupanku. jika tugasmu selesaia "katamu" mungkin kau akan bercumbu dengan udara pagi dan sore dan tak seorang pun tau akan hal itu.

sayatan-demi sayatan dipersembahkan untuk ku dimana sisa-sisa kecemburuan menjadi tameng bagi samudra yang dipenuhi mahoni berduru. tak ubahnya dimana jarak pandang menjadi buram karena kabut deru mesin mobil mewah dipersembahkan untukmu tak mungkin seorang tak waras sepertiku sepenuhnya mendapat rasa itu.

dengan gagahnya sang jambul hitam menayunkan pedang kearah uluhati gelandangan lusuh dipinggiran kota. semenjak saat itu bicaramu semakin jelas akan semua kepribadianmu, ingin pergi karena keadaan yang tak memungkinkan. bunuhlah aku dengan nadzarmu serta berikan bangkaiku untuk dimakan belalang sembah yang ada disekitar istanamu. disela-sela kau sedang merajut dengan benang emas buru-burung bernyanyi seakan menghindarkan mu dari hal tak berguna seperti

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar