Waktu itu pertengahan tahun 2017 kami "Dimas sinngih widadi saya Fredi sanjaya putra (Indonesia ) dan kawan- kawan dari UBD (Brunai Darusalam Univercity ) yaitu Hazik bin Gani, Nor Aswira, Lie Wen , Zainab binti Salabah, dan Amal Khasibah. kami berangkat dari Kota Pekalongan melalui via kembang langit jam 06.30 dengan 4 Destinasi salah satunya yaitu di Sumur Jalatunda.
Sumur Jalatunda menjadi destinasi Pertama kita, akses jalan menuju sumur jalatunda cukup ngeri karena belum diaspal hanya jalan krakal dan kanan kiri jurang ditambah hari itu baru turun hujan, beberapa kali mobil yang saya kemudikan selip hingga rem pun tak mampu menahan laju mobil yang mundur. sesekali mereka bertieriak panik karena kondisi tersebut.
setelah beberapa menit kita melewati kengerian tersebut maka tibalah saat-saat yang ditunggu yaps... kita tiba di destinasi pertama dengan selamat tanpa satu kurang apapun semua berkat Allah Swt yang melindungi kita selama diperjalanan. setelah mobil terparkir kami menaiki anak tangga dan tibalah kami di sisi sumur jalatunda. kami begitu takjub melihat karya yang maha kuasa begitu hijaunya air dan kanan kiri bebatuan khas gunung purba memanjakan mata kita.
Ada legenda dan mitos di Sumur jalatunda sang juru kunci bercerita tentang legenda sumur jalatunda yaitu dimana ada seorang pangeran sakti yang jatuh cinta kepada seorang putri dan ingin meminangnya namun putri tersebut meminta syarat untuk dibuatkan 1000 sumur, maka sang pangeran pun menuruti permintaanya. melihat pangeran yang akan menyelesaikan persyaratannya maka putri tersebut melakukan berbagai cara untuk menggagalkannya. singkat cerita putri tersebut dikutuk oleh pangeran tersebut menjadi jelmaan seekor naga yang masyarakat biasa menyebutnya naga gini yang bersemayam di sumur jalatunda.
Mitos di sumur jalatunda yaitu siapa yang dapat melempar batu sebanayak 7 kali walau yang sampai ke ujung tebing hanya satu kali maka do'a dan harapannya akan terkabul. tujuh batu yang kami lempar tidak ada yang dapat berhasil menjamah ujung tebing sumur. saya masih punya satu kesempatan karena saya baru melempar 6 batu masih sisa satu, do'a saya adalah sama dari lemparan pertama yaitu ''Ingin wisuda Maret 2019, mendapatkan pekerjaan, serta meminang seorang gadis yang satu kelas di kelas sore di Fakultas Ekonomi UNIKAL. cinta mulai bersemi ketika saya tak bertemu karena saya pindah kelas pagi, setiap berjumpa dengannya saya merasakan dak dik duk... tak menentu jika saya menatap wajahnya saya menemukan kedamaian dan tatapan matanya memancarkan kasih sayang seorang ibu (keibuan).
ahhhh kok aku jadi curhat ya hehe...he.... he...
kembali ke lempar batu, setelah saya menggenggam batu seraya saya dekatkan di depan bibir saya sambil berdo'a dalam hati dan mengmbil posisi untuk melempar, 'Tak" tak disangka batu terakhir saya sampai ke sebrang tebing. saya berhasil melempar hingga sebrang. Namun permohonanku satupun tak ada yang terkabul dan tak sesui harapan Dosen 2 tidak mau acc Skripsi saya, sehinga mundur ke September 2019, wanita yang saya harapkan menjadi bidadari surgaku hingga sekarang masi menunjukan sifat cuweknya namun saya masih berharap walau pasrah, dan kerjaan yang mapan belum aku temukan.
Begitulah cerita perjalanan kami, Dieng merupakan Negri Atas awan Dimana Cerita Pewayangan lahir. Kenangan ini tak akan terlupakan dan mungkin tak akan terulang kembali. kedepan saya ingin mengajak dia, jika sudah mau menerima Ijabku akan ku critakan banyak kisah perjalanan petualang yang hilang padanya dan pada anak kami. "Jika dia mau saya nikahi'
Tidak ada komentar:
Posting Komentar